Buku Harian Ari Part 26

0
1916

Buku Harian Ari Part 26

Pelakor

Ari

Sepulang dari rumah nia, aku terus memikirkan apa tujuan ika berbohong padaku. “Dimana ia sebenarnya saat ini?” aku membatin. Beberapa kali kusempatkan untuk menghubungi nomor ika namun tak ada jawaban, aku semakin cemas dengan keselamatannya. Aku ingin sekali mencarinya namun aku tak tau harus mencari kemana. “Ting!” suara kecil berdenging di dalam kepalaku, muncul sebuah ide yaitu bagaimana kalau aku cari informasi di sekitar halte tempat ika biasa menunggu, mana tahu sore ini dia juga ada berada disana. Setibanya di halte yang kumaksud, aku tak dapat menemukan ika disana, disana hanya ada beberapa penumpang yang sedang menunggu bus dan ada dua pengamen muda yang sibuk menghibur para penumpang yang jenuh menunggu datangnya bus.

Saat mereka selesai bernyanyi menghibur penumpang, kudekati dan kutanyakan pada mereka apakah pernah melihat akhwat dengan ciri-ciri yang kuberikan, kulihat mereka seperti bingung dan berkata tidak tahu. “Yahh…Okelaahh” aku membatin seraya meninggalkan halte. Saat aku hendak masuk ke mobilku, “Ari…” ada suara wanita yang memanggilku ternyata ia adalah kak lisa. “Eh kak lisa…ngapain disini?” tanyaku, “Ini aku dari tadi nunggu bus dengan tujuan ke halte dekat rumahku, namun tak datang-datang” ucap kak lisa. “Oo..mau barengan?” aku menawarkan tumpangan. “Boleh deh” ucap kak lisa yang mulai masuk ke dalam mobilku. Selama perjalanan aku menceritakan banyak hal pasca aku tak berjumpa lagi dengan adiknya, dan tiba-tiba kak lisa bertanya “ Apa kamu ndak rindu dengan ulan?”, “Rindu pasti lah ya kak, kan temen deket” ucapku.

“Tapi dia udah gak ada ri” ucap kak lisa seraya menunduk. “Ha?! Ndak ada gimana maksudnya kak?” tanyaku kaget seraya meminggirkan mobilku ke tepi jalan. “Iya…dia sudah pisah dari kami..tidak tinggal dengan kami lagi” jelas kak lisa. “Setelah terakhir kamu menemuinya, beberapa kali setelah itu kekasihnya rutin sekali ke rumah kami, aku sebagai kakaknya terus menanyakan apa alasan mereka yang dengan lancangnya berani bercengrama di rumah kami, hingga pada akhirnya, ulan hamil ri” jelas kak lisa. “Ha…hamil?” tanyaku lugu seolah tidak tahu masalah. “Iya dia hamil, akibat perbuatan menyimpangnya dengan kekasihnya itu, ibu kami mengusir ulan dari rumah dan kini ia dan kekasihnya itu tinggal bersama entah dimana” jelas kak lisa. Aku hanya manggut-manggut, “Jadi itulah kenapa aku menyebutnya ulan udah gak ada ri” ucap kak lisa. “Yang sabar ya kak…bila waktunya dia pasti kembali kok” ucapku sok bijaksana. “Iya makasih ya ri udah dengarin cerita kakak” ucap kak lisa seraya mengelus pahaku, dan hal itu memicu reaksi pada kontolku yang masih lemas.

Akupun kembali menjalankan mobilku untuk menuju rumah kak lisa, dalam perjalanan itu tak habis-habisnya kami bertukar cerita hingga akhirnya kak lisa tertidur. Perjalanan yang sangat macet ini benar-benar membosankan. Setelah beberapa jam kami terjebak macet, akhirnya kami sampai tepat di depan rumah kak lisa, aku sebenarnya enggan membangunkan kak lisa yang masih tertidur lelap. Namun daripada semakin larut, kuberanikan untuk menggoyang-goyangkan bahunya, dan betapa terkejutnya aku samar-samar melihat goyangan toketnya yang seolah tak menggunakan bra. “Berani sekali kakak ini kalau ia memang tak pakai bra” aku membatin. Usahaku membangunkannya tak membuahkan hasil, kini aku diselimuti keraguan, apakah aku harus menyentuh toketnya agar ia terbangun atau tetap membangunkannya dengan cara yang sama. Namun namanya naluri, tetap selalu memilih yang menguntungkan, dan dengan pelan dan hati-hati aku mulai meletakkan tanganku di dadanya, dan benar sesuai dugaanku, “Dia gak pakai bra!” pekikku dalam hati. “Ugh udah sampai ya?” ucap kak lisa yang seketika membuatku kaget dan menarik tanganku. “I..iya kak..nyenyak kali tidurnya” ucapku berusaha bersikap tenang. “Yaa keletihan kakak, btw makasih ya..kapan-kapan main sini dong” ucap kak lisa seraya turun dari mobilku. “Oke sip kak” ucapku singkat.

Rini

Beberapa hari ini aku berusaha sebisaku untuk mengontrol birahiku yang kadang muncul tiba-tiba tanpa alasan yang jelas sehingga aku selalu mengandalkan timun andalanku yang kini mulai membusuk karena berkali-kali basah oleh cairan memekku. Hari ini setelah perkuliahan berakhir aku bergegas menghubungi mas boby untuk menjemputku namun tak ada jawaban, aku akhirnya memutuskan untuk menunggu di pos satpam yang kebetulan pada sore ini kosong, “Mungkin para satpam lagi patroli kali ya, syukur deh” aku membatin. Sudah hampir magrib namun mas boby masih belum juga mengangkat telponku, aku mulai panik dan khawatir. “Loh tumben duduk disini?” tanya pak samsul mengagetkanku. “Astaga bapak! Kaget saya!” ucapku seraya mengurut dadaku. “Hehe maaf…habisnya kamu tumben-tumbenan hampir malam gini kok belum pulang dan malah duduk disini, ngapain toh?” tanya pak samsul seraya menggantung pentungannya. “Saya nunggu abang ipar saya, tapi ditelpon gak angkat mulu” ucapku. “Kalau bapak antarin aja gimana?” pak samsul menawarkan tumpangan.

“Tapi kan bapak lagi kerja?” tanyaku. “Ah nanti bapak bilang saja ke rekan bapak” ucap pak samsul seraya menuju motornya yang terparkir, sementara aku mengikutinya tanpa berargumen lagi. Selama perjalanan aku tak banyak berbicara padanya, disamping canggung aku juga tidak ingin ia mengetahui lebih banyak tentang diriku. Sudah sekitar 10 menit kami berjalan, karena aku yang tidak mengetahui dengan jelas jalan di kota ini sehingga aku hanya diam tanpa banyak bertanya. Pak samsul mengarahkan sepeda motornya ke sebuah perumahan dan berhenti di salah satu rumah, “Pak ini dimana? Dan bapak mau ngapain?” tanyaku bingung. “Bentar ya nak, ini kos tempat bapak tinggal, bapak ambil uang untuk isi BBM motor bapak, kamu mau nunggu di motor apa mau masuk sebentar?” tanya beliau seraya membuka kunci pintu rumah kosnya.

“Gak apa-apa nih kalau saya masuk?” tanyaku lugu. “Ya gak apa-apa toh…santai aja” ucapnya. 20 menit berlalu namun pak samsul tak keluar juga dan tiba-tiba hujan deras mengguyur daerah ini, “Yah hujan pak! Gimana ini?” tanyaku panik. Kulihat pak samsul bergegas keluar dan berkata “Waduh iya…deras banget lagi..bapak gak punya jas hujan…kita tunggu aja gak apa-apa kan?” tanya pak samsul. Karena tidak ada opsi lain akhirnya dengan terpaksa aku menyanggupi, pak samsul lalu membuatkanku secangkir teh hangat. Sudah hampir 30 menit hujan mengguyur daerah ini namun belum ada tanda-tanda reda, akupun berusaha menelpon mas boby dengan harapan ia mengangkat panggilanku, namun hasilnya nihil.

Aku berdiri dan bersender di kusen pintu memperhatikan hujan yang turun begitu deras, namun tiba-tiba ada sepasang tangan yang merangkul pinggulku. “Eh pak! Ngapain pak?!” tanyaku panik. “Dingin-dingin gini enaknya saling menghangatkan nak” ucap pak samsul setengah berbisik di telingaku yang tertutup jilbab kuning. Akupun dengan sigap melepaskan dekapannya, dan salahnya aku, aku malah berlari masuk ke dalam rumahnya karena khawatir tubuhku basah apabila berlari keluar rumahnya. Dengan kondisi rumah beliau yang kini remang-remang hanya diterangi beberapa lilin kecil karena sedang padam listrik, kulihat pak samsul hanya mengenakan singlet putih dan sebuah celana pendek. “Pak saya mohon jangan lagi pak” aku memohon hingga berlutut di hadapannya. Bukannya mengasihaniku, ia malah membuka celana pendek yang ia kenakan, dan kini kontol andalannya sudah tegang mengacung di hadapanku. “Pak…hiks…” ucapku yang mulai meneteskan air mata karena aku paham apa yang akan terjadi selanjutnya. “Jangan nangis…sebelumnya kamu sangat menikmati permainan saya….jadi tidak ada salahnya dicoba lagi” ucap pak samsul seraya menuntun tanganku untuk menggenggam kontolnya.

Rasa hangat kontolnya seolah menundukkanku. Pak samsul membimbingku untuk berdiri, ia menyandarkan tubuhku pada salah satu dinding lalu ia merapatkan tubuhnya, dengusan nafasnya begitu dekat dengan wajahku. Perlahan tanganku seperti patuh akan perintahnya untuk mulai mengocok kontolnya. Aku tidak sudi menatap matanya yang melihatku dengan penuh nafsu, namun tangannya memutar kepalaku untuk kembali menghadap wajahnya. Ia lalu mulai mencumbuiku, perasaan yang tak biasa memicu degupan yang begitu cepat pada jantungku. Aku masih tak merespon cumbuannya, kini salah satu tangannya mulai berusaha menyingkapkan baju kaos hitam dan jilbab kuning yang kukenakan. Tangan kasarnya bergerak perlahan di kulit dadaku, hingga tangannya mendarat indah di toketku yang masih terlindungi oleh bra hitam, remasan mesra mulai ia lancarkan untuk membuatku semakin takluk pada kemampuannya memanjakan wanita. Tangan beliau yang satu lagi mulai menaikkan rok hitam yang kukenakan lalu tanpa membuka cd milikku, jemarinya mulai menusuk-nusuk bibir memekku sehingga mulai membuatku belingsatan.

“Ughh” desahan kecilku keluar begitu saja. Perlahan aku mulai membalas cumbuannya, saat cumbuan kami seolah bersatu, pak samsul menggendongku ke ranjangnya tanpa melepaskan ciuman kami. Saat aku telah mengangkang, ia mulai berusaha memasukkan kontolnya ke memekku tanpa melepaskan cd ku terlebih dahulu. “Ughh sshh” desahku menerima sodokan kontolnya yang mulai tidak brutal dibandingkan permainan kami sebelumnya. Aku yang mulai menikmati permainan, perlahan menggerakkan pinggulku berirama dengan sodokan kontol beliau. “Akhh sshh pak…akuhh sampaiiihh” desahku diikuti semburan cairan cintaku yang pertama. Kulihat beliau tak menghiraukan aku yang tengah dilanda orgasme, beliau terus saja memompa sodokannya dengan kecepatan yang stabil. Kedua tangannya pun tak ia biarkan menganggur, kedua tangannya sibuk bermain dengan sepasang toketku yang telah ia akui tak sebesar milik istrinya. “Oh iya! Istrinya!” seketika aku tersadar dari kenikmatan yang cukup memabukkan ini, aku sadar bahwa saat ini aku tengah bersenggama di rumah seorang pria yang telah beristri. “Uggghh sshh pak….boleh dihentikan inihhh?” tanyaku. “Ugghh ugghh kenapa nak? Enak aja kamu, mentang-mentang udah crot” ucap pak samsul yang seolah tak memperdulikan situasi saat ini.

“Sshh akkhh bukan ituuhh…kalau ada istriiihh bapakk gimaannaaah?” tanyaku menjurus. “Ughh istrihh kuhh laggiiihh gak adaaahh” ucap pak samsul seraya mempercepat sodokan kontolnya. “Yahhh tapihhh lebihh baik gak beginiihhh” ucapku dengan akal yang mulai pulih. “Tenang ajaahh….nikmatin entotan bapak ajaahhh” ucap pak samsul. Kurasakan kontolnya berdenyut, pertanda ia akan berejakulasi. “Akhh pak…jangan crot dalem pakk….” Desahku. “I..iyaahhh…akhhh” desah pak samsul seraya mencabut kontolnya dan mulai mengocok kontolnya dengan cepat. Dan “Croott…crooott..crooott” ada sekitar 3 semburan pejunya mendarat di dadaku sehingga membasahi bra hitam yang kukenakan. “Klik!” tiba-tiba ruangan ini menjadi sangat terang. “Bangsat kau samsul!” pekik seorang wanita. Aku yang terkejut lekas membereskan dan merapikan pakaianku seraya beringsut turun dari ranjang pak samsul walaupun mataku masih berkunang-kunang karena dari kondisi gelap tiba-tiba menjadi terang. Kulihat pak samsul yang masih tak bercelana mendekati sang wanita yang mengamuk itu, “Sa..sabar sayang…aku gak bermaksud” ucapan pak samsul terpotong ketika sang wanita menampar pipi pak samsul dengan sangat keras.

“Aku belanja buat masakin kamu makan malam…tapi kamu malah ngentot dengan wanita jalang ini…dasar suami tak tahu diri!” pekik sang wanita menggelegar yang ternyata ia adalah istrinya pak samsul. Aku yang ketakutan bergegas menuju pintu keluar walaupun aku sendiri bingung kini aku berada dimana, “Plak!” sebuah tamparan keras mendarat di pipiku sebelum aku sempat keluar dari rumah ini, hal itu membuatku tersungkur. ”Aduh!” ucapku seraya mengelus pipiku yang terasa pedas akibat tamparan tadi. “Sayang..sayang! Jangan kasar begitu! Ini semua salah aku!” ucap pak samsul berusaha menahan istrinya yang telah dirasuki kemarahan. “Cuih! Jangan kau panggil aku sayang! Tak sudi aku memiliki suami sepertimu!” bentak istri pak samsul. Kulihat mereka berdua beradu argumen cukup sengit, hingga akhirnya “Aku tidak sudi jika harus dimadu dengan wanita jalang ini! Lebih baik aku melacur daripada harus hidup bersanding dengannya!” ucap istri pak samsul seraya meninggalkan rumah ini. “Sayang! Say! Jangan pergi!” ucap pak samsul berusaha mengejar istrinya. Cukup lama aku terduduk dan kata-kata ‘Wanita Jalang’ yang dilontarkan oleh istri pak samsul sangat terngiang-ngiang di kepalaku. “Huuhh huuuhh huuuhh sial! Cepet banget dia lari!” ucap pak samsul ngos-ngosan. “Pak..antarkan saya pulang” ucapku dengan tatapan kosong. “I..iya nak..bentar” ucap pak samsul seraya mengatur nafasnya. “Sekarang pak” ucapku dengan nada datar. Merasakan aura yang begitu buruk saat ini, pak samsul pun bergegas berkemas dan mengantarkan aku pulang. Setibanya di rumah, tentu saja aku mendapatkan ganjaran dari kak rida karena aku pulang larut lagi.

Bersambung

Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂

Daftar Part