Buku Harian Ari Part 39

0
1447

Buku Harian Ari Part 39

Menjadi Babu

*
Rini

Setelah beberapa hari lalu aku mengalami suatu pengalaman dunia birahi yang cukup menyimpang, namun memberikan sensasi tersendiri pada diriku. Terakhir kuketahui bahwa perilaku hubungan sejenis antar dua perempuan tersebut dikenal dengan lesbi. Hari ini setelah perkuliahan bu yati, aku diminta olehnya untuk menemuinya di ruang dosen. Sebenarnya aku rada was-was jika sekiranya nanti disana dia akan melakukan hal yang sama seperti sebelumnya padaku lagi. Namun kuberanikan saja untuk menemuinya setelah aku selesai makan siang. “Permisi…” ucapku saat hendak masuk ke ruang dosen.

“Yaa silahkan masuk” sahut bu yati dari dalam. “Ada perlu apa ya bu?” tanyaku to the point. “Nilai kamu di MK saya yang tadi memburuk, kamu ada masalah?” tanya bu yati, seolah tidak pernah terjadi apa-apa diantara kami. “Eee…enggak kok bu… mungkin saya keletihan” ucapku. “Kalau ini tidak diperbaiki, kamu harus mengulang tahun depan” jelas bu yati. “Yah… jangan sampai dong bu… cara perbaikinya gimana?” tanyaku. “Kamu bantu pekerjaan saya disini selama satu minggu, nanti saya perbaiki nilaimu” jelas bu yati. “Baiklah bu… nanti saya bantu” ucapku menyanggupi.

Beberapa hari berlalu…

Ari

Sudah beberapa hari ini aktifitasku hanya ‘Kupu-kupu’ alias Kuliah-pulang Kuliah-pulang. Dan sudah beberapa hari ini pula aku tak berjumpa dengan si akhwat bernama rini itu. Mulai tumbuh rasa rindu di hati, walaupun hanya baru beberapa kali berjumpa. Biasanya si rini setelah kuliah usai dia akan menuju kantin untuk makan siang atau sekedar berkumpul dengan rekan akhwatnya, cuman entah kenapa kini sulit bagiku untuk menemuinya. Siang ini saat aku mengantarkan tugas MK bu yati, tepat di meja bu yati, kulihat si rini tengah duduk dan mengerjakan sesuatu, duduk layaknya seorang dosen. “Permisi” ucapku.

“Ah oh iya… Oh mas ari… maaf gak perasan tadi” ucap rini. “Oh iya ndak apa-apa mbak… ini saya mau antar tugas dari bu yati” ucapku. “Ooohh iyaa mass… letak saja di pojok meja sss situ…” ucap rini. “Tumben gak ke kantin?” tanyaku. “Ih iyaah mas… ini lagi bantuin kerjaannya bu yatiii” ucap rini seperti menahan sesuatu. “Oo gitu… lah kalau bantuin bu yati… bu yatinya kemana dong?” tanyaku. “Bu yatinya lagi ada rapat massss” jelas rini. “Ooo… pantesan gak keliatan dari tadi.. dah lama ngebantu disini mbak?” tanyaku memulai basa-basi. “Baru 3 hari ini sihh mass…” ucap rini yang seperti orang gelisah. “Ooo oke deh mbak… semangat kerjanya!” ucapku seraya tersenyum dan beranjak dari ruangan ini.

Rini

Hari ini adalah hari ketiga aku membantu bu yati mengerjakan tugasnya. “Rini… kerjamu lumayan juga yaa… nanti ibu belikan makan siang lagi yaa” ucap bu yati. “Oh iya… makasih bu” ucapku. “Saya ngajar dulu yaaa…” ucap bu yati. “Baik bu” ucapku. Setelah 3 jam atau tepatnya 3 sks, bu yati kembali lagi ke mejanya di ruang dosen yang saat ini aku tempati. “Rini… nanti siang saya ada rapat… kamu disini aja yaa” ucap bu yati. “Oh iya bu… rapatnya dimana?” tanyaku. “ Di ruang sebelah rin… kenapa?” tanya bu yati. “Gak apa-apa bu… saya kira di kampus B” ucapku. “Emang kenapa kalau di kampus B?” tanya bu yati. “Kalau ke kampus B, saya mau pamit aja… takutnya ibu lama” ucapku. “Ooohh gak kok… saya rapat di ruang sebelah aja…. Gitu ya kamu mikirnya? Hmm” ucap bu yati.

“Hehe iyaa bu…” tawaku. “Kalau gitu.. biar gak kabur… singkapkan gamis kamu sekarang” perintah bu yati yang cukup mengejutkanku. “Hah! Mau ngapain bu?” tanyaku panik. “Sudah… singkapkan aja!” ucap bu yati seraya menyingkapkan gamis berwarna pink yang aku kenakan dengan paksa. “Ihh ngapain buuu” ucapku panik seraya menahan tangan beliau. “Sudah diam aja lah kamu!” ucap bu yati. Setelah gamis bawahanku telah berhasil ia singkap, ia menarik cd putihku dengan kasar hingga ke paha. Lalu dengan tergesa-gesa bu yati mengeluarkan sebuah benda yang mirip dengan benda yang pernah ia masukkan ke memekku beberapa waktu lalu. “Buu! Buu! Itu apa lagi bu!” ucapku dengan sedikit meronta.

Benda ini tidak sepanjang benda sebelumnya, benda yang sekarang sedikit lebih pendek, namun memilik diameter yang lebih besar. “Ughh buu… jangan dimasukin” lenguhku saat bu yati menekan masuk benda tersebut ke memekku. Setelah tersisa sedikit bagian benda itu diluar memekku, dengan kasar bu yati menarik cd putihku ke pinggulku, sehingga kini benda tersebut tertahan oleh cd yang kukenakan. “Kamu kerja aja disini… dan jangan kamu keluarkan benda itu dari memekmu sampai saya selesai rapat.. ngerti kamu?!” ucap bu yati.

“Uhh sshh ini benda apa bu…” lenguhku merasakan benda tersebut tertanam di memekku. “Itu namanya vibrator.. alat pemuas birahi cewek” jelas bu yati. Ia lalu memegang sebuah remot kecil yang memiliki warna sama dengan benda bernama vibrator ini. Saat ia menekan tombol pada remot tersebut kurasakan getaran dari vibrator tersebut yang memberikan rasa geli pada dinding memekku. “Uhhh sshh buu… kok getar dia…” desahku. “Kalau kamu macam-macam disini… benda itu bakal getar…. Sekarang rapikan gamismu dan kerjain tu kerjaan saya” perintah bu yati. “Ba..baik buu” ucapku yang telah berhasil ia taklukan.

Sore hari telah tiba…

“Sudah selesai kerjaan hari ini rin?” tanya bu yati. “Ahhh sudaahh buu…” ucapku seraya mengatur nafas. Karena beberapa menit sebelum bu yati menyapaku, aku baru saja menggapai orgasme pertamaku, sehingga kini gamis bawahan dan cd yang kukenakan basah semua oleh cairan cintaku. “Kamu kenapa lemes gitu?” tanya bu yati seolah ngerasa tidak ada apa-apa. “Woohhh basah gitu… udah dapet ya tadi?” tanya bu yati. Aku hanya menanggapi pertanyaan bu yati dengan menganggukan kepala. Penyebab aku bisa menggapai orgasmeku adalah beberapa saat lalu saat mas ari kesini mengantarkan tugas yang diberikan bu yati padanya, aku dan mas ari sempat sedikit berbincang.

Mungkin dari ruang sebelah, bu yati mendengar samar-samar perbincangan kami, maka selama perbincangan itu pula lah vibrator yang berada di dalam memekku bergetar keras sehingga membangkitkan birahiku, selama berbicara dengan mas ari, aku tak mampu menahan desahanku, sehingga beberapa kata yang kuucap mungkin terkesan seperti melenguh. Semoga mas ari tidak curiga apa yang sebenarnya terjadi padaku. “Yaudah… besok kamu istirahat aja yaa…” ucap bu yati seraya mendekatiku. Bu yati lalu menyingkapkan gamis yang kukenakan, dan ia menarik turun cdku. “Uhhh…” lenguhku saat vibrator tersebut ditarik keluar oleh bu yati, saat itu juga lah sisa-sisa cairan cintaku mengucur keluar dari memekku.

“Sluurrpp slurrrpp ahh” kudengar suara jilatan bu yati. Saat kutoleh ternyata ia menjilat cairan cintaku yang membasahi vibrator miliknya. Kemudian bu yati membersihkan dan merapikan meja kerjanya, selanjutnya ia malah duduk mengangkang menghadapku diatas meja tersebut. “Bu mau ngapain?” tanyaku lemas. “Bantu ibu dikit yaa… entah kenapa memek ibu gatal liat pak richard presentasi tadi” ucap bu yati seraya menyingkapkan gamis biru tua yang ia kenakan hingga sepinggang, dan betapa terkejutnya aku mengetahui bahwa bu yati tidak mengenakan cd. “Buu… kok gak pakai cd?” tanyaku heran. “Biar gampang garuknya rin… Sshh” ucap bu yati seraya memasukkan vibrator tersebut ke dalam memeknya. “Riiinn uhh… keluar masukkan vibrator ini di memek ibu riiinn” lenguh bu yati. Aku langsung saja memenuhi keinginannya, karena aku sangat was-was jika ada yang memergoki kami.

“Ahh uhhh… sshh iyaahh dicepetin riinnn” desah bu yati saat kugerakan vibrator tersebut keluar masuk di memeknya. “Akkhh kontol….sshhh” desah bu yati, “Akkhh rin…. Jilat memek ibu rin…” lenguh bu yati. “Eee.. gak mau saya bu” ucapku seraya masih menyodok-nyodokkan vibrator tersebut ke memek beliau. “Kamu mau gak lulus hah?! Uhh cepet!” ucap bu yati seraya memegang dan menarik kepalaku yang masih tertutup jilbab hitam agar wajahku mendekat ke memek beliau. “Uhh sshh jilat rin… cepettt….” Lenguh bu yati. Aku pun terpaksa menjilat bibir memek bu yati, terasa asin asem. Dan menimbulkan rasa mual, “Jilat terus rin…uhhh aahhh oookkhh” desah bu yati. Setelah beberapa menit berlalu, aku mulai terbiasa dengan rasa dan bau yang berasal dari memek bu yati.

“Lepasin vibratornya dan jilat terus memek ibuuuu uhhh” desah bu yati. Aku memenuhi keinginannya dengan melepaskan vibrator tersebut dan terus menjilat memek bu yati dengan jilatan yang semakin dalam. “Akkhh akkhh akuuhh gak tahannn” desah bu yati seraya menekan kepalaku pada memeknya dengan kedua tangannya. Tak beberapa detik, menyemburlah cairan cinta bu yati yang cukup deras dan langsung membasahi wajah dan jilbab hitam yang kukenakan. “Akkhh akhhh okkhh” desah bu yati.

Aku langsung menarik kepala dan badanku untuk menjauh dari hadapan bu yati, kulihat ada beberapa semburan cairan cintanya yang cukup kencang sehingga terlihat seperti sedang buang air kecil, semua cairan cintanya membasahi lantai disekitar dan kursi kerja beliau. “Auuhhh nikmattt…. Ahh” lenguh bu yati. Aku bergegas menuju toilet ruang dosen untuk membersihkan diriku. “Uhh ehh mau kemana kamu?” tanya bu yati seraya mengatur nafas. “Anuu saya mau ke toilet.. bersihin ini” ucapku.

Selama adegan lesbi antara bu yati dan rini berlangsung hingga usai, tepat di luar ruang dosen ada seorang pria yang mendengar dengan seksama semua adegan yang berlangsung di dalam melalui pintu yang tidak tertutup dengan rapat.

Bersambung

Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂

Daftar Part