Cerita Dewasa Skandal Adik Ipar

0
19156

Cerita Dewasa Skandal Adik Ipar

Cerita Dewasa Skandal Adik Ipar – Usia kandungan istri saya menginjak bulan ke 4. Tahu sendirilah bagaimana kondisi perempuan kalau sedang hamil muda. Bawaannya malas melulu. Tapi untuk urusan pekerjaan dia sangat bersemangat. Dia memang pekerja yang ambisius. Berdedikasi, disiplin, dan penuh tanggung jawab.

Karena itu jadwal keluar kota tetap dijalani. Kualitas hubungan seks kami makin buruk. Dia seakan benar benar tak ingin disentuh kecuali pada saat benar benar sedang relaks. Saya juga tak ingin memaksa. Karenanya saya makin sering beronani diam diam di kamar mandi.

Kadang kadang saya kasihan terhadap diri sendiri. Kata kata Mbak Maya sering terngiang ngiang, terutama sesaat setelah sperma memancar dari penis saya. Kacian adik iparku ini.. Tapi saya tak punya pilihan lain. Saya tak suka jajan. Maaf, saya agak jijik dengan perempuan lacur.

Tiap kali beronani, yang saya bayangkan adalah wajah Mbak Maya atau si bungsu Rosi, bergantian. Rosi telah tumbuh menjadi gadis yang benar benar matang. Montok, lincah. Cantik penuh gairah, dan terkesan genit.

Meskipun masih bersikap manja terhadap saya, tetapi sudah tidak pernah lagi bergayutan di tubuh saya seperti semasa saya ngapelin kakaknya. Saya sering mencuri pandang ke arah payudaranya. Ukurannya sangat saya idealkan. Sekitar 34. Punya istri saya sendiri hanya 32.

Sering kali, di balik baju seragam SMU-nya saya lihat gerakan indah payudara itu. Keinginan untuk melihat payudara itu begitu kuatnya. Tapi bagaimana? Mengintip? Di mana? Kamar mandi kami sangat rapat. Letak kamar saya dengannya berjauhan.

Dia menempati kamar di sebelah gudang. Yang paling ujung kamar Mak Jah, pembantu kami. Setelah kamar Mayang, kakak Rosi, baru kamar saya. Kamar kami seluruhnya terbuat dari tembok. Sehingga tak mugkin buat ngintip. Tapi tunggu! Saya teringat gudang.

Ya, kalau tidak salah antara gudang dengan kamar Rosi terdapat sebuah jendela. Dulunya gudang ini memang berupa tanah kosong semacam taman. Karena mertua butuh gudang tambahan, maka dibangunlah gudang. Jendela kamar Rosi yang menghadap ke gudang tidak dihilangkan. Saya pernah mengamati, dari jendela itu bisa mengintip isi kamar Rosi.

Sejak itulah niat saya kesampaian. Saya sangat sering diam diam ke gudang begitu Rosi selesai mandi. Memang ada celah kecil tapi tak cukup untuk mengintip.

Karenanya diam diam lubang itu saya perbesar dengan obeng. Saya benar benar takjub melihat sepasang payudara montok dan indah milik Rosi. Meski sangat jarang, saya juga pernah melihat kemaluan Rosi yang ditumbuhi bulu bulu lembut.

Tiap kali mengintip, selalu saya melakukan onani sehingga di dekat lubang intipan itu terlihat bercak bercak sperma saya. Tentu hanya saya yang tahu kenapa dan apa bercak itu. Keinginan untuk menikmati tubuh Rosi makin menggelayuti benak saya.

Tetapi selalu tak saya temukan jalan. Sampai akhirnya malam itu. Mertua saya meminta saya mendampingi Rosi untuk menghadiri Ultah temannya di sebuah diskotik. Ibu khawatir terjadi apa apa. Dengan perasaan luar biasa gembira saya antar Rosi.

Istri saya menyuruh saya membawa mobil. Tapi saya menolak. Kamu kan harus detailing. Pakai saja. Masa orang hamil mau naik motor? Padahal yang sebenarnya, saya ingin merapat rapatkan tubuh dengan Rosi.

Kami berangkat sekitar pukul 19.00. Dia membonceng. Kedua tangannya memeluk pinggang saya. Saya rasakan benda kenyal di punggung saya. Jantung saya berdesir desir. Sesekali dengan nakal saya injak pedal rem dengan mendadak. Akibatnya terjadi sentakan di punggung. Saya pura pura tertawa ketika Rosi dengan manja memukuli punggung saya.

Mas Andy genit, katanya.
Pada suatu ketika, mungkin karena kesal, Rosi bahkan tanpa saya duga sengaja menempelkan dadanya ke puggung saya. Menekannya.

Kalau mau gini, bilang aja terus terang, katanya.
Iya iya mau, sahut saya.
Tidak ada tanggapan. Rosi bahkan menggeser duduknya, merenggang. Sialan.

Malam itu Rosi mengenakan rok span ketat dan atasan tank top, dibalut jaket kulit. Benar benar seksi ipar saya ini.

1 2 3