Kerja atau Sex Part 13

0
1119
Kerja atau Sex

Kerja atau Sex Part 13

I Will Take My Pride Back

Elly masih terus menindih tubuhku, dia bergerak dengan liar naik dan turun, gerakannya itu mengenai tulang pinggulku dengan cepat dan kencang. Aku merasa dia tidak bergerak dengan irama, gerakannya sangat kacau, membuatku merasa ngilu dan sakit, walau penisku tetap tegang tetap saja tidak nyaman sama sekali. Ku perhatikan dalam remangnya ruangan, Elly terlihat seperti sedang meringis mahan sakit, atau sedang menikmatinya, Elly dengan wajah yang sensual sedang memejamkan matanya dan menggigit kencang bibir bawahnya.

Aku berusaha melepaskan ikatan tanganku dari meja, aku tidak bisa berkonsentrasi dengan melepaskan ikatan dan benturan-benturan di pinggulku. Elly terlihat melambat, mencoba memperbaiki ritmenya, tubuhnya tidak kuat lagi sepertinya mempertahankan hentakan dengan kecepatan seperti tadi. Dia meletakkan tangannya di atas dadaku, Elly berhenti sejenak, berusaha menarik nafasnya berusaha mengatur nafas, suasana terasa hening walau tv tetap menyala, dia menatapku dengan sayu, aku membuang wajahku darinya, kesempatan ini pikirku untuk melepaskan ikatan tangan ini.

Setelah berselang beberapa saat, setelah nafasnya agak teratur dia mulai memperbaiki posisi tubuhnya, saat dia melakukan itu aku merasa di daerah penisku sudah terasa sangat basah dan hangat, tapi ada yang salah, saat memencium suatu aroma yang familiar, ini bau darah, tapi dari mana, mungkin bibir Elly berdarah karena dia dari tadi menggigit bagian bawah bibirnya. Peduli amet, yang jelas aku harus melepaskan diri dari ikatan ini, setelah itu baru kupikirkan apa selanjutnya.

Elly mulai bergerak naik turun lagi di atas tubuhku, kali ini Elly bergerak lebih berirama, tubuhku menjadi lebih rileks, dengan begitu aku tetap bisa konsentrasi melepaskan diri. Akhirnya tidak lama berhasil ku longgarkan ikatan ini.

“ARG….”, Aku telah berhasil melepaskan ikatan tanganku dan mencengkram pinggul Elly, dia menjerit ketika berhasil ku tangkap. Aku menahan pinggulnya, menahan gerakkannya, Elly berusaha melepaskan tanganku, dia memukul-mukul lenganku, dan juga dadaku. Dengan sigap segera ku balikkan tubuhnya berbaring di atas karpet, dan tubuhku sekarang yang menindihnya. Keadaan sekarang sudah berbalik, aku menekan tubuhnya, dan penisku terbenam semakin dalam, dia terdiam dan memejamkan matanya.

Sekarang Elly dan aku berhenti dalam posisi itu, aku menatap wajahnya, aku sangat berang telah diperlakukan seperti tadi, tapi dia terdiam sambil memejamkan mata. Mengapa sekarang dia pasrah, apakah ini yang dia inginkan, Elly ingin bersetubuh denganku, jika ku perkosa dia kembali dia akan senang, dia akan puas, tapi jika tidak ku lakukan aku sebagai seorang lelaki telah kehilangan harga diriku. Apa yang harus kulakukan!?

AKU TIDAK AKAN MEMBERIKAN APA YANG ELLY INGINKAN!!!

Aku menarik tubuhku, melepaskan penisku dari vaginanya, terdengar bunyil ‘plok’ saat penisku tercabut. Aku terduduh di depan tubuh Elly yang masih telanjang di hadapanku, aku sendiri masih mengenakkan kaos yang tadi aku kenakkan saat pulang gym, tanpa celana.

Ada sesuatu yang salah, mengapa aroma darah ini semakin pekat! Aku melihat arah penisku, penisku dipenuhi darah! Apakah Elly sedang haid, tapi tetap saja menyerangku, tunggu aroma darah haid tidak seperti ini (serius kalau kalian sudah pernah itu beda aroma, kalau rasa aku tidak berani coba), ini aroma darah segar, darah luka, APAKAH ELLY PERAWAN!?

“WHAT HAD YOU DONE!?” aku terkejut dan langsung memegangi tubuh Elly, menganggkatnya untuk duduk, matanya terbuka perlahan dan air matanya mengalir. Dia lalu bersandar pada tubuhku, dia menangis, menangis dalam diam, hanya terdengar suara isakkan, dan airmatanya terasa membasahi bahuku. Apa yang dipikirkan Elly? Mengapa dia memperkosaku tapi ini juga pertama kali baginya? This is crazy.

Aku membiarkannya menangis dalam pelukkanku, dia menangis cukup lama, dan akhirnya dia berhenti, sepertinya dia tertidur. Aku hanya bisa terus duduk, sambil menopang tubuhnya, tubuh mungilnya bersandar padaku, dalam udara malam ini, pasti dia akan kedinginan, terpaksa karena tidak bisa begerak, aku berusaha menarik karpetku. Dan karpet ini ku gunakan sebagai alas duduk, sebagian ku gunakan untuk menutupi tubuh tanjang ELly. Biarlah ruang tamuku menjadi berantakan, karena prabot-prabotku tergeser karena karpet yang kutarik.

***

Aku terbangun, tubuhku di tutupi oleh selimut, aku mendengar bunyi peralatan masak dan ada aroma wangi masakan dalam apartementku, Aku bangkit dari tidurku, karpetku sudah di rapikan kembali, prabotku sudah di kembalikan ke posisi semula. Aku melihat ada noda darah di atas karpetku, berceceran di beberapa titik, sepertinya yang pertama adalah ketika Elly menindihku dan yang kedua adalah ketika aku membalik tubuhnya.

Setelah mengenakkan celana, aku menuju dapurku.

“Ko, kamu sudah bangun”, Elly menyambutku dengan senyuman, seperti tidak terjadi apapun, dia sedang memasak sekarang, dia menyiapkan sarapan, telur mata sapi, sosis panggang, roti panggang, terlihat dia cukup cekatan bekerja di dapurku. Elly terlihat telah rapi, dia rambutnya terikat kebelakang, dia mengenakkan jaket abu-abu kemarin di gym, celana panjang training dengan baju kaos hitam di dalam jaketnya.

“Apakah kau tidak ingin mengatakan apapun?” aku bersandar pada meja mini barku dan menatapnya yang sedang memasak. Elly tetap diam tapi berusaha tersenyum dan melanjutkan menunggu masakan itu siap. Beberapa saat hanya terdengar bunyi alat masak yang bergerak-gerak dia tas kompor, dan kemudian Elly telah siap meniriskan dan menyajikannya.

“For you…”, Elly mengangkat piring itu ke atas mini barku dan meletakkannya tepat di hadapanku, lalu dia mulai mencuci peralatan masak yang telah dia gunakan. Dia hanya membuat satu porsi sarapan, hanya untukku.

“Kamu tidak makan?”, tanyaku padanya, sambil memindahkan piring ke meja makan.

“Aku tidak sarapan Ko, terbiasa seperti itu…” jawabnya sambil tetap mencuci di dapur.

“Kalau koko mau, aku bisa mencucikan karpetmu, bagaimanapun aku yang mengotorinya”, katanya sambil berjalan menuju meja makan dan duduk di sampingku, aku kembali teringat darah itu, aku teringat Elly yang semalam, tapi pagi ini dia telah kembali tersenyum.

“Ada apa dengan kejadian semalam?” aku menatapnya dengan serius, dan dia menatapku balik, dia melihatku dengan serius tapi masih merekah senyum di bibirnya.

“Don’t you remember anythink?” Elly bertanya sambil memiringkan kepalanya dan kedua tangannya bersandar pada meja makanku.

“Jelas aku mengingat kejadi semalam, kamu mencoba memperkosaku!” sambil mendekatkan wajahku padanya dan menatapnya serius.

“Bukan semalam, you didn’t remember me?” Elly bertanya padaku, sebelum semalam, sebelum bekerja di kantor kami, aku pernah bertemu dengannya? Aku tidak mengingatnya, aku tidak mengenalinya, apakah aku mengenal Elly sebelum dia muncul di kantor?

Elly lalu tersenyum dan beranjak dari meja makan, dia pergi menuju pintu, disana tasnya telah menunggu. Aku berjalan menuju arahnya, dan berdiri di belakanya. Dia membuka pintu, dan bersiap melangkah pergi, tapi dia berbalik dan menatapku.

“Ko, Kamu tetaplah seorang pria yang baik…Elly senang, Elly telah menyerahkannya kepada orang yang tepat!” sambil tersenyum, tapi matanya mulai berkaca-kaca, ada apa dengan semua ini, apa yang dia bicarakan, siapa ‘Elly’ sebenarnya?

“You toke my pride as a man! And I will take it back”, aku mengatakan itu dengan lantang kepada Elly, bagaimanapun ada rasa marah di dalam dadaku.

“You are not a man of pride, you are the man of honor”, lalu dia menutup pintu apartmentku.

Elly pergi meninggalkanku penuh dengan tanya, ada apa ini sebenarnya, siapa dia sebenarnya, apa hubungannya dengan ku, semua pikiran itu berputar di kepalaku. Aku merasa bodoh dan tidak berdaya, aku merasa terluka tapi tidak berdarah. Perasaan apa ini, rasanya aku merasa lemah hari ini.

Dalam diam aku merasakan sesuatu, wajah Elly yang berlinang air mata mengingatkanku akan seseorang, tapi itu sudah bertahun-tahun yang lalu. Tapi tidak mungkin dia, itu mustahil, tapi apakah mungkin itu dia?

***​

“Bang Andre?”, aku menelfon nomor bang Andre yang masih tersimpan di ponselku, aku selalu menyimpan dengan baik semua kontak yang kumiliki karena relasi adalah aset yang sangat berharga, kau tidak akan tahu kapan kau akan membutuhkannya.

“Yo… Dengan siapa?” jawabnya cepat dan jelas serta tegas, dia selalu mejawab telfon dengan sedikit tegas, dia tidak ingin berbicara dengan sembarang orang.

“Ini Tedy, bang”, jawabku, bang Andre dari dulu adalah sahabat kakakku, dia adalah yang terbaik, dan paling tepat ku hubungi sekarang.

“Ada perlu apa Mr T?”, dia sangat senang memanggilku dengan itu, dia juga suka memanggil kakakku dengan itu, karena memang nama belakang kami sama, sudah pasti karena kami bersaudara.

“Apa kau masih bisa mencari orang?” aku bertanya langsung to the point, Bang Andre juga sudah tahu aku suka to the point tanpa basa basi.

“D.O.A?”, jawabnya dengan nada yang langsung serius dan singkat, bang Andre dari dulu paling ahli mencari orang, informasi, dan banyak hal, dia memiliki ‘kenalan’ di mana-mana, bisnis orang tuaku memerlukan orang seperti dia, dia dan kakakku adalah kombinasi yang luar biasa.

“Alive, just information, orangnya bekerja bersamaku”, jawabku dengan nada yang lebih ringan, karena ini bukan urusan yang seperti bang Andre duga.

“oh… kirain, give the name, picture, and other…” jawabnya langsung juga menjadi ringan, dan jika urusan informasi, dia tidak akan perlu tenaga lebih, hanya perlu sebentar.

“I will it send to you, WA?”, lebih mudah mengirimkannya memalui nomor handphone, tanpa perlu menanyakan ID Line.

“ok”, jawabnya singkat dan kami mengakhiri perbincangan kami, hanya bisnis.

**

Bersambung

Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂

Daftar Part