Kerja atau Sex Part 14

Kisahmalam Kerja atau Sex
Kerja atau Sex Part 14
Jinx
Sudah dari pagi aku menghindari Nita, tadi pun ketika dia datang ke apartementku, aku sudah menunggunya di luar, aku tidak ingin dia masuk ke apartementku, aku belum membereskan bekas darah dari karpetku, dan tidak mungkin ku minta orang apartement yang membersihkannya, aku perlu membersihkannya sendiri.
Aku merasa bersalah pada Nita, aku merasa kotor, telah menyentuh wanita lain dan bahkan tidak bisa melawannya. Aku harus menjadi pelindung Nita, aku bahkan tidak bisa melindungi diriku dari seorang wanita, aku lengah, aku harus lebih awas setiap saat.
Saat tiba di kantor Elly sudah duduk di mejanya, mulai mengerjakan pekerjaannya, dia terlihat sibuk hari ini, dan dia terlihat lebih tenang. Dia tidak secerewet biasanya dan hanya mengerjakan dan fokus dengan pekerjaannya. Aku malah yang tidak fokus dengan pekerjaanku, aku merasa tidak konsentrasi, aku merasa terganggu secara fisik dan mental hari ini. Apakah aku mengalami trauma? Yang benar saja, aku bisa membalikkan keadaan kemarin, tapi kenapa tidak ku lakukan, apakah aku lemah?
Aku menjadi lebih lambat dalam menyelesaikan pekerjaanku hari ini, aku tidak bisa berkonsentrasi. Saat semuanya sudah berbenah, pekerjaan yang lain sudah selesai, kini mereka sudah mulai berberes dan akan pulang, tapi aku masih harus menyelesaikan pekerjaanku. Elly harus menungguku karena dokumen tersebut harus segera di scan dan di simpan agar tidak tercecer.
Akhirnya semua pulang, Nita masih sempat menchatku, menanyakan ada apa denganku karena terlihat sangat uring-uringan, dia khawatir karena kejadian kemarin yang tidak selesai. Aku menjelaskan bahwa aku hanya kurang tidur saja dan agak lelah sehabis gym kemarin. Dan diapun pulang duluan, karena hari ini adalah jadwal Thaiboxingnya.
Saat semua dokumen telah selesai ku kerjakan aku masih harus menunggu Elly selesai, dan memastikan semua lemari terkunci dan pintu tertutup, kalau pintu ruangan kami, asalkan tertutup langsung secara otomatis akan terkunci, perlu sidik jari dan pin untuk membuka ruangan kami, karena cukup banyak dokumen rahasia yang tersimpan, tapi saat bekerja dan kami ada diruangan, pintu dibiarkan terbuka.
Akhirnya semua telah selesai di simpan dalam lemari dan aku dan Elly siap untuk pulang. Kami berdua berjalan menuju lift kantor, saat itu kantor juga sudah cukup sepi, karena lantai kami sangat cepat kosong.
“Ko, Elly minta maaf atas kejadi kemarin, Elly tidak bermaksud membuat ko Tedy seperti ini”, Elly tiba-tiba memelukku dari belakang, tubuhnya yang kecil membuat tangannya berada tepat di pertuku dan wajahnya berada di punggungku. Aku hanya bisa diam dan tidak tahu harus berkata apa padanya.
“Aku hanya bingung dengan sikapmu, Aku tidak tahu siapa kamu sebenarnya, dimana kita pernah bertemu sebelumnya?”, aku melepaskan tangannya dan berbalik melihat wajahnya. Dia hanya menunduk dan melepaskan tanganku.
“Koko suka misteri kan, koko akan tau pada waktunya”, lalu Elly masuk kedalam lift dan meninggalkan ku, dia turun duluan. Seriusly, she just left me.
***
Seperti biasa jadwalku di hari selasa adalah melatih beladiri di salah satu dojo di kota, dan biasanya dojo kami cukup rame dan terkenal. Aku telah selesai melatih, sekarang sudah sekitar pukul 2115, biasanya sehabis melatih, kami akan memberikan kesempatan pada para denshi(murid) untuk melakukan kumite (semacam duel) dan mereka berkesempatan untuk mengasah metode bertarung mereka. Setelah para denshi, selanjutnya giliran kami para sensei (guru/pelatih) yang akan melakukan jiyo kumite, biasanya kami para sensei tidak akan bertarung, tapi karena dalam minggu depan salah satu senpai-ku (senior/lebih tinggi sabuknya) akan ikut ujian kenaikan sabuk jadi dia memintaku bertarung melawannya.
Aku sudah beberapa kali tidak mengikuti ujian kenaikan sabuk, harus lagi mengeluarkan biaya untuk berangkat dan ujian, jadi aku tertinggal di tingkatku yang sekarang, walaupun para senpaiku tetap menganggap aku sanggup dan setara dengan mereka, makanya akulah yang paling sering di ajak kumite.
Para denshi harusnya sudah bisa berganti pakaian tapi mereka memilih untuk menonton kami, mereka duduk mengelilingi matras utama, dominan denshi kami adalah laki-laki, mahasiswa dan pelajar SMA, walau ada perempuan hanya beberapa.
Aku harus berhadapan dengan senpai Mail, dia sekarang satu tingkat di atasku, dan jika dia berhasil lulus ujian dia akan dua tingkat di atasku T_T. Wasit untuk kumite kami adalah teman se-sabukku Nono. Aku dan Mail telah memberi salam, seluruh konsentrasi kami tertuju pada satu sama lain.
“HAJIME!” terdengar teriakan Nono, kami berdua mengambil jarak dan mengambil jiu kamai (gaya bebas), kami saling menyerang dan menangkis, terdengar gemah suara kami meneriakkan “KIAI” dalam dojo, setiap serangan dan tangkisan yang berhasil memberikan poin tersendiri saat ujian. Kami cukup imbang dalam kumite ini.
Saat Mail akan melakukan Mae geri (tendangan lurus kedepan), aku dengan mudah dapat menghindarinya, dan aku menyerang dengan Tetsui uchi (hammer slam), seranganku ditangkis juji agi uke (tangkisan silang dua tangan atas), Mail menarik mundur tubuhnya dan menarikku dengan kedua tanganku dan bersiap melakukan mae tobi geri ( tendangan melompat kedepan), kondisiku terkunci aku hanya bisa menangkisnya dengan uchi uke (tangkisan bawah) dengan tangan kiriku.
“KO TEDY!” tiba-tiba ada sebuah teriakan dari jauh, teriakan itu membuyarkan konsentrasiku, aku terlambat menaikkan tanganku seper-sekian detik. Tendangan Mail mendarat tepat di perutku, tubuhku terpental lurus kebelakang, isi lambungku seperti akan keluar, untungnya Mail melepas cengkraman tangan kananku dan mengurangi kecepatan geri-nya sesaat sebelum mendarat, sepertinya dia juga terkejut dengan teriakan itu, dan aku masih sempat mengeraskan seluruh otot perutku sebelum tendangan itu mendarat.
“BAM…”, dentuman keras dan tubuhku mendarat di atas matras, aku terpental kurang lebih tiga meter, Nono langsung berlari dan memeriksa keadaanku, Mail juga langsung mendekat.
“Ted?” Nono memeriksaku, dan memastikan tidak ada cedera serius, tidak ada tulang yang patah atau pendaharahan dalam, dan aku tetap sadar. Aku masih tetap berbaring membiarkan Nono memeriksaku, Mail berjongkok di sampingku dan melihatku dan kemudian melihat asal suara tadi.
“Wanita mu Ted?”, sambil memainkan matanya padaku, memintaku untuk melihatnya, ku intip dari belakang punggung Nono, wanita itu adalah Elly, dia seperti shock dan menutup mulutnya sambil berjongkok di samping lapangan matras dan di tahan oleh beberapa denshi wanita agar tidak memasuki arena.
“I think she want to kill you…” sambung Mail dengan ringan, dan tersenyum padaku, dan melihat ke arah Nono, dan Nono memiringkan kepalanya, sambil tersenyum menatapku.
“What a jinx”, ku jawab Mail, dengan masih menahan sakit saat bernafas. Tendangan tadi cukup telak mengenai perut, rasanya sampai ke tulang belakang, bagaimana jika tendangan itu dengan tenaga penuh, bisa masuk UGD.
“Oke, semua aman, bisa berdiri?”, kata Nono padaku, alih-alih berdiri seperti biasa, aku langsung bersalto untuk berdiri.
“Denshi!” teriakku ketika berdiri.
“HAI Sensei!”, serempak para murid berteriak membalasku.
“GUNAKAN PELINDUNG”, kataku lagi sambil berteriak dan menahan sakit di perutku. Melihat kelakuan dan teriakanku, Mail berdiri dan menepuk pundakku, sambil tertawa.
***
“Apa yang kamu lakukan di sini?”, aku berjalan mendekati Elly yang sedang duduk di tribun penonton. Tapi dia malah mengabaikan pertanyaan ku, dia mulai memeriksa tubuhku, apakah ada lecet atau cedera. Dia mengecek di bawah lengan kiriku, dia mungkin memastikan tidak ada rusukku yang patah.
“Ko, kamu tidak papa kan?”, terlihat wajahnya khawatir padaku, dan dia juga merasa bersalah, karena dia konsentrasiku buyar.
“Bagaimana kamu bisa di sini?”, tanyaku sambil aku duduk di sampingnya, walau masih terasa nyeri ini sudah terasa jauh lebih baik daripada ketika baru saja di tendang oleh Mail, rasanya hampir muntah darah.
“Aku bertanya kepada kak Boby, dimana tempat latihan beladiri yang bagus dikota, dan dia merekomendasikan tempat ini, dan dia mengatakan koko melatih di sini”, jawabnya dengan menatap kembali ke lapangan, walau lapangan sudah kosong, dan sebenarnya lampu sudah akan dimatikan, karena sekarang sudah pukul 2230.
***
Kami akhirnya memutuskan pergi ke salah satu café yang terbilang cukup rame, dan cukup dekat dengan dojo, Elly membawa motornya sendiri, dan aku juga membawa motor. Kami berbincang sejenak, walau sepertinya Elly berusaha menghindari pertanyaan-pertanyaan personal mengenai dirinya dan diriku, aku terkejut dia sangat mengetahui diriku, bahkan dia tahu siapa orang tuaku. Informasi itu sangat aku jaga, karena aku tidak ingin orang menilaiku karena orang tuaku, bukan karena usahaku.
Tapi dari setiap perkataan Elly, aku merasa bahwa dia tidak memandang orang tuaku, tapi dia hanya ingin dekat denganku, dia juga belum menjelaskan alasan kemarin malam.
“Elly hanya ingin menyerahkan sesuatu yang paling berharga dari diriku untuk Ko Tedy”, itu saja kalimat yang dia ucapkan ketika ku tanya mengapa dia melakukan itu. Aku biasanya sangat baik dalam menggali informasi, tapi kenapa tidak bisa kulakukan pada Elly.
Dia beralih bercerita mengenai kehidupan di kota ini, mengenai pekerjaan, dan tetap saja dia menghindari ketika ku bertanya dimana kita pernah bertemu, katanya aku harus menemukannya sendiri, dengan begitu katanya akan lebih senang.
Aku paling mati kutu jika dibuat penasaran, terlebih lagi sepertinya Elly tahu dengan jelas kelemahanku ini, dia hanya tersenyum, dia banyak tersenyum malam itu, bahkan aku sendiri tersenyum dengan lepas ketika bersamanya, nuansa yang sangat ceria ketika bersamanya. Aku gembira ketika bersama Elly. Aku telah merelakan kejadian kemarin malam, tapi bukan berarti aku melupakannya, aku masih kalah 0-1 dari Elly.
Aku merasa setiap perkataan, setiap tawa, dan air mata Elly itu terasa begitu tulus. Aku boleh dibilang cukup bagus dalam menilai orang, tapi entahlah, apakah kali ini aku salah atau benar. Dan aku harap aku benar kali ini. Aku tetap tidak akan menurunkan kewaspadaanku ketika bersama Elly, dia adalah orang yang sulit di tebak.
Orang tuanya dia ceritakan berbisnis barang kelontongan, dan sekarang lumayan maju, karena mereka sering memasok barang ke daerah dan sudah memiliki beberapa gudang juga di daerah, jadi orang tuanya sering ke daerah untuk mengecek barang dan pembukuan. Biasanya mereka hanya pergi satu dua hari, jadi besok ini orang tuanya sudah ada dirumah.
Elly mengunujungi dojo karena ingin belajar bela diri, aliran yang kupelajari, dia sudah memiliki dasar beladiri yang lain. Dia sudah belajar aikido, kempo, judo, dan pencak silat, tapi dia ingin dengan spesifik mepelajari teknikku. Elly mengatakan padaku bahwa teknik beladiri yang ku tekuni ini pernah digunakan oleh seseorang untuk menolongnya, tapi hanya sampai di sana saja ceritanya. Apakah dulu aku yang pernah menolongnya ataukah orang lain yang beraliran beladiri sama denganku.
Sebelum kami berpisah dari café, dia masih menggodaku untuk mencari tahu tentang dirinya. Dia semakin membuatku penasaran, apakah aku begitu berpengaruh dalam hidup orang lain.
“Ko Tedy, mungkin tidak ingat, tapi kau pernah berjanji untuk menjagaku”, lalu dia berlalu dengan motornya.
Elly, Who the hell are you.
Bersambung
Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂