Lentera Gelap Part 1

0
1597
Lentera Gelap

Lentera Gelap Part 1
Prolog

Kuhisap puting padatnya dengan lembut sambil tangan kiriku meremas payudara kanannya. Istriku hari ini bernafsu sekali, mungkin karena udara dingin di bulan Desember. Tak ada yang salah sebenarnya, tapi hal ini akan membuatku terjaga sampai pagi. Aku baru saja menenggak segelas espresso dan sekarang harus menuntaskan apa yang aku mulai. Dari ketika aku menciumi lehernya, bibirnya, hingga kemudian dengan pancingan-pancingan lembut itu dia mau bangun dan melayaniku.

Agaknya aku cukup terpuaskan dengan buah dada 34D miliknya. Memang semenjak dia melahirkan anak pertama kami buah dadanya makin besar. Aku makin gemas untuk menghisapi susunya. Ia menggeliat dengan mata terpejam. Cahaya remang-remang dari luar jendela masuk memberikan sebuah siluet badan istriku yang seksi. Aku terus menggoyang pinggulku, menggeseki liang senggamanya yang udah basah oleh lendiran nafsu. Tubuhku didorongnya, kini ia menjadi ratu memompa dan mengoyang kemaluanku hingga setruman-setruman kenikmatan menggelora dari pinggang sampai ke ubun-ubunku.

Istriku makin liar ketika orgasmenya sudah hampir sampai. Aku terus remasi buah dadanya yang naik turun seiring naik turunnya pinggangnya memompa batang kejantananku. Ponselku berbunyi. Itu adalah pemecah konsetrasi yang tidak aku sukai. Aku punya dua ponsel, satu untuk pribadi dan satu untuk kerja. Yang kali ini untuk kerja. Siapa malam-malam begini berani mengganggu diriku yang sedang asyik indehoi dengan istri?

“Mas, aku nyampe!” keluh istriku. AKu pun ikut menusuk-nusukkan kejantananku makin dalam ke liang senggamanya. Dan kemaluannya pun menjepit kuat batang kejantananku. Aku bisa merasakan susulan rasa kedutan di ujung pionku yang menyemburkan gelombang kenikmatan dari puncak persenggamaan kita yang hebat malam ini.

Bidadariku ini kemudian ambruk di atas dadaku. Ia menciumi dadaku sambil memeluk erat tubuhku yang masih ada keringat walaupun malam sudah memberikan efek dingin pada suhu kamar ini. Kugapai ponselku. Ada sebuah nama yang membuatku sedikit bersemangat walaupun rasa lelah akibat orgasme tadi. Kuangkat ponsel itu.

“Inspektur James?” sapaku.

“Ya, Piere. Maaf mengganggu tidurmu malam ini. Kami baru saja menemukan mayat di dekat tempatmu. Mungkin kamu bisa datang ke sini,” katanya.

Inspektur James Sukoco adalah teman baikku. Kalau dia butuh bantuanku dalam suatu kasus dia pasti menghubungiku. Artinya ada kasus, ada uang. Tapi untuk kasus kali ini, aku tidak beruntung. Aku langsung bangun dan memberikan kecupan hangat untuk istriku yang masih terlena dengan orgasme yang baru ia rasakan tadi. Tempatnya memang tak jauh dari rumahku. Setelah berbenah dan memakai baju, aku pun pergi. Kulajukan gerobak besi bernama Suzuki Ertiga menjauh dari rumahku. Tak berapa lama kemudian aku sudah sampai. Benar-benar dekat. Hanya cukup mengitari satu blok dan aku sudah disambut lampu sirine yang meliuk-liuk ke segala penjuru. Beberapa mobil polisi dan sebuah mobil ambulance terparkir di pinggir jalan. Lebih tepatnya di depan jembatan.

Kuparkir mobilku tak jauh dari mereka. Wajah seorang yang sangat aku kenal segera menyambutku. Aku termasuk orang yang gemas dengan kumis milik inspektur James ini. Dia sedikit gemuk tapi tidak tambun, rambutnya botak dan kumisnya lebat seperti tokoh video game Mario Bross.

“Apa yang kamu temukan?” tanyaku.

“Maaf, tapi mungkin saja kamu tertarik dengan seorang mayat dengan identitas William van Bosch,” jawabnya sambil berjalan beriringan dengan diriku.

“Orang asing?”

Inspektur tak menjawabku. Aku pun menyusuri samping jembatan dan turun ke bibir sungai. Tampak garis polisi sudah melintang di sana. Beberapa orang berkerumun di antaranya adalah tim ahli forensik. Sebuah senter menyorot ke sebuah tubuh yang teronggok di atas rerumputan dengan bau anyir darah.

“Yang menemukannya seorang gelandangan. Awalnya petugas mengira ia cuma membual dan mabuk karena tercium bau alkohol di mulutnya. Tapi petugas kita cepat tanggap dan melaporkan ini,” kata Inspektur James. “Nah, karena ini dekat rumahmu aku ajak saja kamu ke sini.”

“William van Bosch?”

“Itu yang tertulis kartu identitasnya. Ini murni pembunuhan. Karena barang korban masih ada di dalam celananya. Dompet lengkap dengan kartu kredit, ATM, dan uang dua juta rupiah.”

“Lukanya cukup parah. Wajahnya remuk. Apakah batu itu yang menyebabkan di tewas?”

“Iya.”

“Kalau begitu Anda butuh test DNA untuk memastikan bahwa itu identitas aslinya.”

“Iya, itu sudah aku pikirkan.”

“Dan sepertinya ini perbuatan orang yang sangat dikenalnya.”

“Kenapa bisa begitu?”

“Tak ada perlawanan. Dan kenapa orang ini mau turun ke bawah jembatan seperti ini? Apalagi hari ini hujan dari pagi hingga malam. Apa tidak bisa melihat kalau arus sungai sangat deras di bawah sana?” aku menunjuk ke aliran sungai yang deras.

“Kesengajaan?”

“Terencana.”

“Tapi dia hanya ada pasport turis, tak ada sanak familinya di sini.”

“Kalau begitu tugas kita tambah berat. Siapa orang yang diangapnya sangat dekat di negara ini?”

“Itu yang harus kita cari.”

Aku mencoba mendekat ke mayat tersebut sambil memasang sarung tangan. Kuamati dengan seksama pakaiannya. Dia memakai jeans dan kaos berwarna putih. Dan kucium aroma di dadanya. Walaupun hujan mengguyur mayat itu aku masih bisa cium sesuatu seperti parfum wanita. Baunya sangat khas. Unik, bahkan istriku tidak pernah mencium bau seperti ini. Baunya seperti menusuk, tapi lembut dan menggoda. Apabila dihirup seolah-olah hidungku sangat rileks.

“Bagaimana kalau aku putuskan sang pembunuh adalah wanita?” tanyaku.

“Terlalu cepat.”

“Tidak, ada bau parfum wanita di sini. Walaupun sudah samar aku masih bisa menciumnya.”

“Mana mungkin?”

Inspektur James mendekat. Ia melakukan sama yang seperti aku lakukan. “Kamu cuma membual. Tak ada baunya.”

“Ah mungkin cuma perasaanku saja,” Tapi aku yakin sekali baunya tadi masih ada. Dan tak mungkin pria ini memakai parfum wanita. Kecuali memang dia punya kelainan seksual.

“Inspektur, maaf,” kata salah seorang petugas.

“Kenapa?” tanya Inspektur.

“Ada seseorang menitipkan bayi di panti asuhan. Sepertinya dibuang oleh orang tuanya,” ujar petugas itu.

“Apa?”

Awalnya memang aku tak pernah mengetahui bahwa kedua kasus ini saling berhubungan. Seorang turis tewas dan ditemukannya seorang bayi yang dibuang. Karena seluruh bukti dan saksi-saksi yang minim. Kasus itu pun tak aku hiraukan lagi. Hingga setelah tujuh belas tahun berlalu, kembali lagi kasus aneh itu menyelimuti mimpi-mimpiku.

Bersambung

Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂

Daftar Part