Lentera Gelap Part 10

0
813
Lentera Gelap

Lentera Gelap Part 10

Almost

Robert menemuiku lagi. Kali ini wajahnya agak serius. Maksudku, dia tak senang. Setelah aku pusing menyelidiki sebuah nama Tina Einsburgh tak kunjung selesai dia datang langsung ke kantor detektifku. Dia memakai jas warna putih dengan kemeja warna abu-abu. Dia langsung berdiri di hadapanku saat aku ada di kursiku.

“Detektif, orang-orangku baru saja mati,” kata Robert.

“Ya, terus?” tanyaku.

“Jangan tampilkan mimik seperti itu, aku serius.”

“Aku juga serius dan apa yang harus aku lakukan? Kalian punya divisi sendiri, punya tim sendiri!” kataku.

“Masalahnya bukan itu, katakan kepadaku bagaimana putrimu bisa ada di sana sewaktu orang-orangku tewas?” Robert menunjukkan tabletnya. Di tablet itu aku melihat putriku sedang berlari keluar dari gang. Itu sepertinya kamera cctv.

“Trus apa hubungannya?” tanyaku.

“Ketahuilah, seluruh orang-orangku yang tewas itu ada lima orang. Tubuh mereka menguap, terpotong kecil-kecil dan masuk ke dalam selokan seperti sampah, kami memunguti setiap bagian organ yang tersisa dan mengecek DNA mereka untuk kemudian dikirimkan ke keluarganya, apakah itu bisa kamu terima tuan detektif?”

Aku gemetar dengan kata-katanya. Tapi apa hubungannya putriku? Kenapa putriku bisa ada di sana?

“Aku akan bicara dengan putriku. Boleh aku copy filenya?” tanyaku.

Aku kemudian mengcopy filenya ke komputerku.

“Pak Detektif, ingatlah. Urusannya sekarang adalah nyawa. Anda tak bakal mau kalau nyawa orang-orang yang tak bersalah jadi korban bukan? Coba tanyakan ke putrimu, dia pasti punya teman yang punya kekuatan aneh semacam ini. Dan Anda tak akan mungkin mau putri Anda jadi korbannya juga bukan?”

****

NARASI MARIA

Akhirnya UTS hari ini selesai juga. Aku sangat berterima kasih kepada Ray atas bantuannya kemarin. Benar-benar aku sekarang bisa menyelesaikan soal Fisika dengan mudah. Andre tampak suntuk mengerjakan soal-soal Fisika. Dia menggerutu berkali-kali.

“Gile aje, susah banget tadi,” katanya.

“Ah biasa aja koq, aku bisa ngerjain semuanya,” kataku.

“Iya dong, pacarku harus pinter,” kata Andre memujiku.

“Ndre, ajak aku ke restoranmu dong, kepengen bakso nih habis UTS,” kataku.

“OK, siapa takut,” katanya. “Yuk!”

Terdengar suara ringtone ponselku. Wah, dari ayah. Aku segera mengangkat.

“Ya, ada apa yah?” tanyaku.

“Segera pulang, ayah mau ngomong penting banget,” jawabnya.

“Soal apa?” tanyaku.

“Soal kemarin, sudah pokoknya pulang aja,” katanya.

“I..iya deh,” kataku lesu.

Soal kemarin? Maksudnya apa ya? Ahh! Soal kunjungan Ray di rumah?? Waduuuhh…kenapa ayah mempersoalkan itu? Apa ayah nggak suka kalau Ray main ke rumahku? Hmm…gawat nih.

“Aduh Ndre, nggak jadi ya,” kataku.

“Lho, katanya kepengen mampir?” tanyanya.

“Ayahku nyuruh pulang, kayaknya aku bakal dihukum deh,” jawabku.

“Hah? Dihukum kenapa?”

“Nggak tahu, dari nada suaranya sih begitu. Aku anterin pulang ke rumah aja deh. Ya?? Please,” kataku memohon.

“Ya…nggak masalah sih. Ayuk,” kata Andre.

Aku langsung naik ke motornya Andre. Nggak lama kemudian aku sudah melesat meninggalkan sekolah. Di jalan kulihat Ray menatapku pergi. Beberapa menit kemudian aku sudah ada di rumah.

“Makasih ya Ndre,” kataku sambil kukecup pipinya.

“Bye honey,” katanya.

Aku segera masuk ke rumah. Kulepaskan sepatuku dan langsung menemui ayah di ruang kerjanya.

“Ada apa yah?” tanyaku.

“Sini sebentar!” ayah menyuruhku mendekat. Aku pun mendekat. Ada apa sih sebenarnya?

Beliau pun kemudian menunjukkan sesuatu. Sebuah rekaman kamera CCTV. Dan ada aku berlari keluar dari gang.

“Ini kamu bukan?”

“I..Iya…, ayah dapat dari mana?”

“Apa yang kamu lihat?”

Aku pun kemudian menceritakan apa yang terjadi, minus bagian Ray. Ayahku mengangguk-angguk.

“Ayah percaya ama aku kan?”

“Iya, tentu saja ayah percaya. Sama putri sendiri koq nggak percaaya.”

Aku langsung memeluk ayahku. “Makasih ayaaah.”

“Kalau begitu, apakah kamu bersama temanmu ketika kemarin di tempat ini?”

“Aku sendirian.”

“Yakin sendirian?”

“Iya ayah, aku pulang sendirian. Seharusnya bersama Andre tapi Andre ada keperluan. Aku juga nggak biasa lewat daerah situ tapi hari itu aneh aja sih,” kataku.

“Kemarin di tempat itu ditemukan potongan-potongan mayat yang sudah dimutilasi,” kata ayah.

DEG! Aku jadi merinding, “Ayah serius?”

“Iya, makanya hari ini ayah diberi video ini. Berarti memang kamu secara tidak langsung terlibat dengan hal ini Maria,” jelas ayahku.

“Trus?” aku jadi takut.

“Tak perlu takut, ayah akan selalu melindungimu. Sudah sana ganti baju,” kata ayah.

Fiyuh, untung ayah nggak tanya tentang Ray.

***

NARASI RAY

Aku melihat Maria pergi bersama Andre berboncengan. Nampak buru-buru sekali. Sejujurnya aku sakit banget melihat mereka jalan berdua. Tapi apa yang bisa aku lakukan. Dia sudah jadi milik orang. Aku juga hanya bisa jadi secret admirernya.

Ngomong-ngomong tentang kejadian kemarin. Itu sudah kebeberapa kalinya kau membunuh orang. Dan itu pun karena aku membela diri. Aku tak tahu kalau Dark Lantern yang dikatakan oleh Detektif Johan itu ternyata berhubungan dengan ini. Aku sudah ditarget oleh mereka. Artinya keberadaanku sudah diketahui. Dan kelima orang kemarin itu adalah korban pertamaku untuk Dark Lantern.

Ya, sebelumnya aku pernah membunuh orang. Itu pun karena aku tak sengaja. Korban keduaku adalah karena aku harus duel dengan dia. Kami berdua sama-sama pengguna kekuatan ini. Saat aku berjalan itulah ada seseorang yang sangat aku kenal sedang berdiri tak jauh dari hadapanku sambil memakan es krim. Dia memakai baju rompi hitam, tanpa kaos, celana jeans dan dia bertatto di lengan dan tubuhnya.

“Alex?” sapaku.

“Yo, gimana kabarnya Ray?” sapanya balik.

“Ada apa?”

“Kamu keren dude, membunuh mereka. Hahahaha.”

“Bukan urusanmu.”

“Hei, begini sobat. Sebenarnya tawaranku masih berlaku. Bergabunglah bersama kami, kematian Troya harus dibalaskan!”

“Aku tak tertarik.”

“Ayolah Ray, kita butuh bantuanmu. Kita masih empat sekawan bukan?”

“Empat sekawan? Aku sudah membunuh Agni, apakah itu tak cukup buatmu. Aku tak mau mengorbankan rekan-rekanku lagi. Ini sudah cukup. Aku ingin bekerja sendiri. Aku juga tak mau orang-orang yang aku cintai jadi korban.”

“Jadi, kamu masih mikirin cewek itu? Sudahlah dia udah punya pacar, mau sampai kapan kamu berharap?”

“Bukan urusanmu.”

Aku melangkah meninggalkan Alex.

“Bagaimana dengan detektif itu? Dia sudah tahu kelompok apa mereka?”

“Ya, mereka menamakan dirinya Dark Lantern. Dan kita tidak sendirian, orang-orang seperti kita banyak ternyata. Kamu bisa cari mereka, tapi aku tidak mau. Aku ingin bekerja sendiri.”

“Dark Lantern, Lentera Kegelapan. Kamu bisa jelaskan ke aku?”

Aku berhenti berjalan. “Temui aku nanti di panti asuhan. Kita bicara di sana.”

Siapakah Alex dan bagaimana aku bisa bertemu dengannya? Semuanya berawal dari kisah beberapa tahun yang lalu. Awal di mana aku bisa memiliki kekuatan ini dan belajar mengendalikannya.

Bersambung

Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂

Daftar Part