Love Tamarind Part 12

0
963
Love Tamarind

Love Tamarind Part 12

Kamu Sedih Aku Sedih

Cinta adalah
bagaimana kamu bisa berbagi tawa dan kesedihan

Hari itu Anik menangis. Aku tak nganter dia karena dia ada di rumah sakit sejak tadi malam. UTS hari terakhir. Dan dia langsung meluk aku.

“Kenapa Nik? Kenapa?” tanyaku.

“Bapak…bapak…..bapak..,” ia sesenggukan.

“Kenapa bapak?” tanyaku.

“Bapak hari ini udah tiada,” tangisnya pecah.

Ia meluk aku erat.

“Bapak udah nggak ada Rian, Bapak udah nggak ada….huuaaaaaaa….,” tangisnya menghebohkan teman-teman yang lain.

Semua anak-anak mencoba menenangkan dirinya. Walaupun tahu bapaknya meninggal kenapa ia masih masuk aja.

“Kenapa kamu masih masuk kalau bapakmu tiada?” tanyaku.

“Ini hari terakhir UTS, ibu suruh aku ke sini tadi, aku nggak boleh dapet nilai jelek gara-gara ini. Tapi… tapi… bapak Yan, bapak…huaaaa,” tangisnya makin membuatku mengiba. Aku jadi ikut nangis. Duh air mataku juga tak bisa dibendung.

Setelah itu UTS itu jadi UTS yang memilukan. Guru menyuruh Anik untuk pulang tapi ia tak mau. Ia ingin menyelesaikan UTS hari ini. Gila ini anak. Dia ngerjain soal UTS itu sambil nangis. Aku jadi trenyuh. Aku juga seakan-akan bisa merasakan apa yang dia rasakan. Aku pun segera menyelesaikan UTS itu dan mengantarnya pulang.

Dengan gemetar tangan Anik mengumpulkan hasil jawaban UTS. Kulihat lembar jawabannya sampai basah oleh air matanya. Aku pegang tangannya. Dia menatapku. Aku memberi isyarat tak apa-apa. Ada aku. Aku akan bersedih kalau kamu bersedih. Kami segera keluar dari ruangan kelas itu dan pulang. Ia merangkulku. Mendekapku erat sambil nangis. Aku tak akan melupakan hari ini. Kuantar dia pulang ke rumah dalam keadaan seperti itu.

Sesampainya di rumah Anik aku pun ikut berkabung. Anik segera masuk ke dalam rumah sambil nangis. Tampak orang-orang sudah ada di sana semua. Termasuk ayahku. Mereka kemudian mengiringi jenazah untuk dimakamkan. Rupanya jenazah baru saja disholati, sekarang sedang diantar ke peraduan terakhir. Aku mengantar jenazah hingga ke kuburan. Aku pun membantu orang-orang untuk mengubur ayahnya Anik ini.

Selamat jalan Pak Abdul Karim. Aku janji akan menjaga Anik pak. Sebab aku sangat cinta kepada putri bapak itu. Entah kenapa, aku juga ikut sedih.

****

Malam minggu aku ke rumah Anik. Di sana sedang ada tahlilan. Yah, sambil ikutan tahlilan aku pun mencoba menghiburnya. Anik terpukul. Matanya masih bengkak karena menangis. Tapi aku tak melihat Rahma.

“Mbak Rahma kemana Nik?” tanyaku.

“Dia di kamar nggak keluar-keluar. Tampaknya ia lebih terpukul daripada aku, Yan,” jawabnya.

“Oh, ya udah nggak usah diganggu. Toh nanti keluar sendiri,” kataku.

“Sekarang bapak udah nggak ada Yan, padahal bapak baik banget ama kita.”

“Aku belum pernah kehilangan orang Nik, jadi nggak tahu perasaanmu sekarang seperti apa. Tapi, aku ikut sedih Nik. Setiap tangisanmu aku bisa merasakannya. Sakit di sini,” Aku memegang dadaku.

“Oh Rian…,” ia memegang lenganku.

Iya, aku bisa merasakan kepedihan Anik hari itu. Pilu sekali. Minggu pagi pun aku sudah ada saja di rumahnya. Ia merasa senang aku temani. Paling tidak ia sudah bisa senyum. Aku menghiburnya dengan menceritakan kembali kenangan-kenangan masa kecil kita. Bagaimana kita semua pernah main di sawah. Numpang cikar sampai gerobak yang ditarik oleh sapi itu berguling karena masuk got. Untung kita semua nggak kenapa-napa. Ia sudah bisa tertawa.

“Mbak Rahma koq belum keluar?” tanyaku.

“Dia nggak mau keluar,” jawabnya.

“Kamarnya dikunci?”

“Nggak koq. Kami bisa masuk, tapi dianya nggak mau keluar.”

“Aku mau bicara ama dia. Mau menghibur dia,” kataku.

“Yuk!”

Kami pun menuju ke kamarnya. Setelah di depan pintu kami diam. Anik mengetuk pintunya.

“Mbak? Mbak? Aku boleh masuk?” tanya Anik.

“Iya, masuk aja,” jawabnya.

“Tapi aku ama Rian masuknya, nggak apa-apa?” tanya Anik.

“Sebentar!” katanya. Setelah tak ada jawaban selam kurang lebih satu menit, ia kemudian bersuara lagi. “Masuk aja!”

Aku dan Anik masuk ke kamarnya. Aku pernah masuk kamar Rahma waktu aku kecil. Tapi sekarang kondisi kamarnya sudah berubah. Jelas berubah. Dia udah gedhe. Aku juga penasaran bagaimana kamarnya Anik. Pasti nggak kalah jauh beda ama kakaknya.

Aku melihat Rahma ada di atas ranjang. Bersandar. Tatapannya kosong. Ia melihat ke arahku. Memaksakan senyum.

“Mbak Rahma koq nggak keluar?” tanyaku.

“Iya mbak, udah yuk keluar yuk!?” ajak Anik.

“Mbak kepengen sendiri Nik,” jawabnya.

“Weeh…nggak boleh itu. Kami akan temeni, aku akan temani Mbak. Sampai mbak udah nggak sedih lagi. Udahlah mbak, ikhlaskan saja. Yang namanya hidup pasti ada kematian,” kataku.

“Iya, Rian. Mbak udah tahu, mbak hanya masih shock. Padahal mbak belum ngasih bukti ke bapak bahwa mbak bisa sampai kuliah dengan dapetin beasiswa. Padahal mbak sudah janji akan bikin bapak bangga. Trus siapa sekarang yang bisa lihat mbak?” Rahma nangis lagi.

Ohh…jadi ini toh alasannya Rahma kerja keras banget selama ini. Bahkan ketika nilainya jelek (yah nggak jelek-jelek amat sih. Ia anggap nilai 80 itu jelek) ia nangis.

“Udah deh, gini aja. Kamu janji ama aku,” kataku.

Rahma menoleh ke arahku. Pandangannya sekarang fokus.

“Janji apaan?”

“Kamu harus janji kepadaku dalam waktu 4 tahun kamu harus jadi dokter. Kamu katanya kepengen jadi dokter kan dulu?” tanyaku.

“I..itukan cuma cita-citaku waktu aku kecil, Yan,” katanya.

“Nggak, aku ingin kamu janji. Kamu harus lulus dengan cumlaude, jadi dokter! Buat aku bangga!” kataku.

“Ah, kamu ngaco. Emangnya aku apamu?”

“Karena kamu adalah temanku, sahabatku, mbak juga sudah aku anggap sebagai kakakku sendiri. Janjilah! Dan aku akan janji nyusul mbak. Aku nggak tahu nanti jadi apa, pokoknya aku juga bakal lulus jadi sarjana suatu saat nanti. Aku bakal nyusul mbak juga nanti,” kataku.

“Dasar!” Rahma mulai tersenyum.

“Nah, gitu dong mbak, tersenyum,” Anik tampak senang. “Kita hadapi bersama ya mbak.”

Rahma mengangguk. Aku menghela nafas lega. Aku melihat dua orang ini berangkulan. Semoga mereka tabah terhadap ujian ini.

Bersambung

Pembaca setia Kisah Malam, Terima Kasih sudah membaca cerita kita dan sabar menunggu updatenya setiap hari. Maafkan admin yang kadang telat Update (Admin juga manusia :D)
BTW yang mau jadi member VIP kisah malam dan dapat cerita full langsung sampai Tamat.
Info Lebih Lanjut Hubungin di Kontak
No WA Admin : +855 77 344 325 (Tambahkan ke kontak sesuai nomer [Pakai +855])
Terima Kasih 🙂

Daftar Part